Ramayana Bukan Sekedar Monyet....
Karo juga tampil dalam sendratari Ramayana episode Shinta Hilang pada
acara Festival Ramayana Tingkat Nasional 2012 di Panggung Terbuka
Ramayana, kompleks Candi Prambanan, DI Yogyakarta, Jumat (12 Oktober
2012) malam.
RAMAYANA SWARNADIPA
Demi melaksanakan perintah sang ayah dan atas kemauan ibu
selir, Rama tinggal di hutan selama 13 tahun. Ditemani istrinya, Dewi Sinta,
dan adiknya, Laksamana, mereka menjalani hidup dihutan dengan tabah dan ikhlas.
Walau upaya penjemputan secara resmi telah dilakukan Bharata adiknya.
Cobaan pada mereka silih berganti. Diawali kemunculan
Surpanaka, raksasa perempuan yang menggangu ketentraman hidup. Kejadian demi
kejadianpun menimpa Rama dan Sinta. Surpanaka yang merasa sakit hati karena
nafsu cintanya ditolak oleh Rama dan Laksamana memfitnah kedua ksatria tersebut
dan memancing kemarahan Rahwana, Raja Alengka yang tak lain adalah kakak
Surpakana.
Dengan berbagai cara, Rahwana berhasil menculik Dewi
Sinta,bahkan Jatayu sang Raja Burung Garuda , yang mencoba menyelamatkan Dewi
Sinta akhirnya menjadi korban dalam upaya penyelamatan Dewi Sinta. Bdtapa sedih
hati Rama. Terlalu berat beban atas kehilangan istri yang sangat dicintainya.
Disaat jiwa Rama tergoncang, hanya Laksamana tabg selalu mengingatkan dan
menjaganya dengan penuh kesetiaan.
Latar Belakang
Sebagai bagian dari cerita rakyat , epos Ramayana pupoler dan
menyebar tidak saja di kawasan Asia, tapi telah dikenal secara internasional.
Bahkan beberapa negara di Asia, Epos Ramayana begitu erat melekat dalam tradisi
mereka, termasuk di Indonesia. Oleh Karena itu “Penyeleggaraan Festival
Ramayana Nusantara 2012” merupakan peluang bagi kita untuk ikut ambil bagian di
dalam upaya pengenalan dan pemberdayaan potensi-potensi seni tradisi yang ada.
Di sisi lain, wilayah Sumatera merupakan satu daerah yang cukup kaya dengan
potensi seni budaya. Kekayaan aspek tari dan musikal pada etnis Karo, Melayu,
dan Toba misalnya, memungkinkan kita mengembangkan dan menerjemahkan berbagai
bentuk seni pertunjukan yang variatif. Disamping itu, dengan mengakomodir
ide-ide kreatif para pelaku seni, juga merupakan suatu upaya meningkatkan dan mengembangkan potensi seni daerah yang
sekaligus menjadi indikasi untuk menjelaskan bahwa kesenian tradisi tidak mengalami
stagnasi.
Sehubungan dengan hal itu, kegiatan untuk mempergelarkan epos
Ramayana dengan menggunakan idiom-idiom tradisi dan nilai-nilai lokalitas di
wilayah Sumatera Utara menjadi peluang yang penting untuk dicermati. Selain
diharapkan mampu meningkatkan publikasi dan promosi seni.
Dengan demikian kegiatan ini setidaknya dapat mewujudkan
kontribusi kita untuk ikut menumbuh kembangkan semangat berkreasi, membentuk
jarinagn kerjasama dibidan seni sekaligus sebagai upaya meningkatkan “citra”
wilayah Sumatera Utara. Sehingga pada saatnya
wilayah Sumatera Utara akan mampu berkontribusi dalam pembangunan peta
Budaya Nasional maupun Internasional.
wow
BalasHapus